Senin, November 03, 2014

MATERI HAJI DAN UMROH

Melaksanakan ibadah haji dan umrah di-wajibkan hanya sekali seumur hidup bagi setiap orang yang telah memenuhi persyaratan dibawah ini:
§  Muslim.
§  Baligh.
§  Berakal.
§  Merdeka (bukan hamba sahaya).
§  Memiliki kemampuan (istitha'ah). Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman  
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Qs. Ali-imron : 97.

Dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda dalam sebuah khutbahnya"Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu untuk me-laksanakan haji, maka laksanakanlah haji! Lalu seorang Sahabat berkata: 'Apakah pada setiap tahun, ya Rasulullah?' Beliaupun diam hingga orang itu mengulangi per-tanyaannya tiga kali. Kemudian beliau bersabda: 'Seandainya aku mengatakan: 'Ya', niscaya akan menjadi wajib dan pasti kalian tidak akan mampu (melaksanakan-nya). Selanjutnya kata beliau: 'Biarkan aku, apa-apa yang kubiarkan bagimu, karena sesungguhnya orang-orang sebelum-mu telah dibinasakan hanya karena banyak-nya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap Nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepadamu, maka kerjakan-lah semampumu, dan jika aku melarangmu dari sesuatu, maka tinggalkanlah.'"  ( HR. Muslim. Lihat Mukhtasar Shahih Muslim ditahqiq oleh al-Albani No. 639, dan an-Nasa-i: 5/110, lihat pula kitab al-Wajiz hal: 230.)
Menyangkut masalah kemampuan dalam berhaji dapat dikategorikan menjadi beberapa hal :
a.       Mampu menyediakan bekal dalam menempuh perjalanan.
b.      Mampu member bekal kepada keluarga yang menjadi tanggungannya.
c.       Ada sarana kendaraan untuk menempuh perjalanan dan kendaraan tersebut dalam keadaan baik.
d.      Suasa aman, yaitu jalur yang ia lewati maupun tempat yang ia tuju serta keluarga yang menjadi tanggungannya.
e.       Untuk calon haji wanita hendaknya disertai muhrim atau suaminya.
RUKUN-RUKUN HAJI.
§  Ihram / niat karena Allah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: 
 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) 
§  Wuquf di 'Arafah. 
§  Thawaf ifadhah. 
 hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). QS.Al-Hajj: 29) 
Macam-macam thowaf :
a.     Thowaf qudhum ( ketika sampai makkah).
b.     Thowaf ifadhoh, sebagai rukun haji.
c.     Thowaf tahalul, menghalalkan yang harom saat ihrom.
d.     Thowaf nadzar.
e.     Thowaf sunnah.
§  Sa'i antara Shafa dan Marwah.

Karena Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakannya dan beliau bersabda:
اِسْعَوْا فَإِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْىَ
"Laksanakanlah sa'i karena sesungguh-nya Allah telah mewajibkan sa'i atas kamu sekalian."
Sebagian ulama ada yang mema-sukkan "Mabit di Muzdalifah hingga shalat Shubuh disana" sebagai salah satu di antara rukun haji, berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam kepada 'Urwah bin Mudharris ath-Thai Radhiallaahu anhu :
مَنْ شَـهِدَ صَلاَتَنَا هَذَا وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ قَبْلَ ذَلِكَ بَعَرَفَةَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى تَفَثَهُ
"Barangsiapa yang menyaksikan shalat kami ini, dan wuquf bersama kami hingga kami bertolak )dari Muzdalifah,-Pent), sedang dia telah wuquf sebelum ini di 'Arafah di siang hari atau di malam hari, maka telah sempurna hajinya dan hilanglah kotorannya.”
Selain hal di atas masih ada syarat lain dalam sa’i
a.       Dilaksanakan 7x.
b.      Dilakukan sesudah thowaf.
Kewajiban-Kewajiban Haji
§  Berihram dari miqat dengan melepaskan pakaiannya dan memakai pakaian ihram, kemudian berniat dengan mengucapkan:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بِعُمْرَةٍ atau لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجَّةً وَ عُمْرَةً
§  Menginap di Mina pada malam hari-hari Tasyriq.
§  Melempar Jumratul 'Aqabah pada hari Raya 'Idul 'Adhha (Tanggal 10 Dzul-hijjah) dengan menggunakan tujuh batu kecil.
§  Melempar tiga jumrah secara berurutan (Jumrah Shugra, Jumrah Wustha, dan Jumrah 'Aqabah), masing-masing dengan tujuh batu kecil, pada hari-hari Tasyriq sesudah tergelincirnya matahari.
§  Melaksanakan thawaf Wada' berdasar-kan hadits 'Abdullah Ibnu 'Abbas Radhiallaahu anhu :
أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُوْنَ آخِرَ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلاَّ أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الْمَرْأَةِ الْحَائِضِ
"Manusia (para jama'ah haji) diperintahkan untuk menjadikan (thawaf wada') disekeliling Ka'bah sebagai masa terakhir mereka (ketika akan meninggalkan Makkah,-Pent), hanya saja diberi keringanan bagi wanita yang haidh (untuk tidak melaksanakan thawaf wada',
§  Mencukur rambut kepala hingga bersih atau memendekkannya, hal ini berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala : 

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat (QS. Al-Fath: 27) 
Dan dari 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu , bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِيْنَ ، قَالُـوْا: وَ الْـمُقَصِّرِيْنَ يَا رَسُوْلَ اللَّه؟ قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِيْنَ ، قَالُوْا: وَ الْمُقَصِّرِيْنَ يَا رَسُوْلَ اللَّه؟ قَالَ: اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُحَلِّقِيْنَ، قَالُـوْا: وَ الْـمُقَصِّرِيْنَ يَا رَسُوْلَ اللَّه؟ قَالَ: وَ الْمُقَصِّرِيْنَ
"Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang mencukur (rambut kepala mereka,-Pent) Para Sahabat berkata: ‘Dan orang-orang yang memendekkan juga, ya Rasulullah?’ Beliau berkata: ‘Ya Allah rahmatilah orang-orang yang mencukur’. Mereka berkata lagi: ‘ Orang-orang yang me-mendekkan juga, ya Rasulullah?’ Beliau berkata lagi: 'Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang mencukur' Mereka berkata lagi: ‘ Orang-orang yang me-mendekkan juga, ya Rasulullah?’ Beliau berkata: ‘Dan juga orang-orang yang memendekkan.”
§  Berhenti di mudzolifah pada malam hari raya.
§  Melempar jumro’atul aqobah pada hari raya.
§  Melempar jumroh pada hari tasyrik ( tiga hari berurut-turut, masing-masing tujuh krikil)  dengan ketentuan sbb:

a.       Tuju krikil dilempar satu per satu.
b.      Hari pertama di dekat masjid khifa, hari kedua di antara masjid  khifa dan  aqobah dan pada hari terakhir di dekat aqobah.
c.       Melemparnya harus dengan batu bukan yang lain.
Di antara larangan-larangan ihram adalah:
a.       Mengadakan hubungan intim (jima') antara suami dan isteri, ini adalah larangan ihram yang paling besar dosanya, dan paling berpengaruh (pada ibadah haji atau umrah yang sedang dilaksanakannya,-Pent). Dalil-nya firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :

      "…Barangsiapa yang telah menetapkan niatnya akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan ber-bantah-bantahan didalam masa menger-jakan haji… (QS. Al-Baqarah: 197).
Yang dimaksud rafats ialah melaksanakan jima' dan hal-hal yang mengarah kepada jima'.  Dan jika terjadi jima' sebelum tahallul yang pertama (sebelum melempar Jumratul 'Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah,-Pent), maka perbuatan tersebut mengakibatkan lima hal:
§  Dosa.
§  Ibadah hajinya rusak.
§  Harus menyelesaikan / menyempurnakan ibadah hajinya hingga selesai.
§  Wajib baginya membayar fidyah be-rupa seekor unta yang disembelih dan dibagi-bagikan dagingnya kepada para fuqara'.
§  Wajib mengqadha' hajinya ditahun berikutnya.
      Syaikh Rahimahullaah berkata: "Ini merupakan pengaruh-pengaruhnya yang besar, cukuplah bagi seorang mukmin untuk merasa takut dan menjauhinya.
b.       Bercumbu rayu, mencium dan meman-dang dengan penuh syahwat serta segala sesuatu yang merupakan penyebab terjadinya hubungan intim, sebab perbuatan-perbuatan itu dapat menjerumuskan ke-pada jima'.
c.       Mencukur rambut kepala berdasarkan pada firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. (QS . Al - Baqarah : 196)
d.      Akad nikah, berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :
      لاَ يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلاَ يُنْكَحُ وَلاَ يَخْطُبُ
      "Seseorang yang sedang dalam keadaan ihram tidak boleh menikah, tidak boleh dinikahkan dan tidak boleh memi-nang."
e.       Meminang seorang wanita, berdasarkan hadits diatas.
f.       Membunuh binatang buruan, berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
      "Hai orang-orang yang beriman jangan-lah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram…" (QS. Al-Maa-idah: 95)
g.       Memakai wangi-wangian, baik dibadan, pakaian atau pada makanan dan minuman, berdasarkan hadits Rasulullah perihal se-orang yang meninggal karena terjatuh dan diinjak oleh untanya ketika sedang wukuf di 'Arafah "لاَ تُحَنِّطُوْهُ" ("janganlah kamu kenakan wangi - wangian padanya").
      Adapun bekas wangi-wangian yang dipakai sebelum berihram, maka tidak-lah mengapa dan tidak wajib baginya untuk menghilangkannya setelah berihram, hal ini berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiallaahu anha :
      كُنْتُ أُطَيِّبُ النَّبِيَّ ; لإِحْرَامِهِ قَبْلَ أَنْ يُحْرِمَ
            "Aku pernah memakaikan minyak wangi kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasalam untuk ihramnya sebelum beliau berihram."
      Beliau juga mengatakan:
      كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى وَبِيْصِ الطِّيْبِ فِيْ مَفَارِقِ رَسُوْلِ اللَّهِ ; وَهُوَ مُحْرِمٌ

      "Sepertinya aku melihat kilauan minyak wangi Rasulullah dibelahan rambut-nya, sedang beliau dalam keadaan ber-ihram."
h.  Memakai pakaian berjahit yang membentuk tubuh, seperti kemeja (gamis), celana, jubah yang dijahit sambung dengan penutup kepala, sorban dan khuf, berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika ditanya tentang pakaian seorang yang berihram, beliau menjawab:
      لاَ يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ الْقَمِيْصَ وَلاَ الْعِمَامَةَ وَلاَ الْبُرْنُسَ وَلاَ السَّرَاوِيْلَ وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ وَرْسٌ وَلاَ زَعْفَرَانٌ وَلاَ الْخُفَّيْنِ إِلاَّ أَنْ لاَ يَجِدَ نَعْلَينِ فَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُوْنَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ

      "Seorang yang berihram tidak boleh memakai baju, sorban, jubah yang disambung dengan penutup kepala, dan tidak pula pakaian yang dicelup dengan wars dan za'faran, tidak pula khuf, kecuali jika tidak mendapat sandal, dan hendaklah ia memotong-nya hingga kelihatan kedua mata kaki nya."
i.         Menutup kepala dengan sesuatu yang me-nempel padanya secara langsung, seperti peci, topi dan sorban.
j.    Khusus untuk wanita dilarang memakai niqab (sejenis penutup wajah), karena Nabi ; telah melarang seorang wanita memakai niqab ketika sedang ihram.
k.  Dan memakai kaos tangan, dua hal ter-akhir (No. 10 dan 11) berdasarkan hadits 'Abdullah bin 'Umar Nabi  bersabda:
      لاَ تَنْتَقِبِِ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسِ الْقَفَّازَيْنِ

      "Janganlah seorang wanita yang ber-ihram mengenakan niqab (sejenis pe-nutup wajah,-Pent) dan jangan pula kaos tangan."
l.  Mendekati perbuatan maksiat.
m. Permusuhan dan berbantah-bantahan dalam kebathilan. Kedua point terakhir ini ber-dasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 197 yang telah termaktub pada point pertama diatas
n.  Makan sebagian dari daging binatang buruan yang ia ikut andil dalam perburuan-nya, seperti dengan memberi isyarat ke-pada para pemburu ke arah binatang ter-sebut.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , ketika beliau ditanya oleh para Sahabat yang sedang berihram perihal seekor keledai betina yang ditangkap dan disembelih oleh Abu Qatadah yang tidak ikut berihram, maka beliau menjawab:
      أَمِنْكُمْ أَحَدٌ أَمْرَهُ أَنْ يَحْمِلَ عَلَيْهَا أَوْ أَشَارَ إِلَيْهَا, قَالُوْ: لاَ، قَالَ: فَكُلُوْا!

      "Adakah salah seorang di antara kamu yang menyuruhnya untuk menyerang (memburunya) atau memberi isyarat ke tempat binatang itu? Mereka berkata: 'Tidak'. Beliaupun bersabda: 'Maka, makanlah!'"
Sunnah-sunnah dalam haji :
1.         Ifrod.
      Ada 3 cara dalam ifrod :
a.          Yaitu melakukan ihrom haji dan umroh.
b.         Ihrom untuk umroh dahulu lalu ihrom untuk haji.
c.          Qiron yaitu ihrom untuk haji dan umroh yang dilakukan secara bersamaan.

2.         Membaca talbiyah
َبَيْكَ اَللَّهُمَ لَبَيْكَ لَبَيْكَ لاَ شَرِِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ اِنََّ الْحَمْدَ ؤَالنِّعْمَةَ لَكَ ؤَالْمُلْكَ لَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

3.         Membaca do’a setelah talbiyah. Membaca do’a mohon perlindungan, minta ridho dan agar kelak di tempatkan di surge.
4.         Berdzikir saat thowaf. Menurut rosululloh meminta do’a kebaikan dunia akhirot.
5.         Sholat sunnah 2 roka’at setelah thowaf.
6.         Masuk ka’bah.

0 komentar:

Posting Komentar