KISAH PEMULUNG TUA
Pada suatu kota ada seorang pemulung tua
yang bernama Kakek Bun. Untuk hidup, Kakek Bun mengandalkan uang hasil
memulungnya. Tetapi Kakek Bun mempunyai sifat pemarah dan kalau ditolong tidak
mengucapkan terima kasih. Pada hari Sabtu pagi turun hujan yang sangat deras,
Kakek Bun tidak bisa pergi memulung karena hujannya begitu deras.
Tiba-tiba datang seorang warga kota yang mendekati Kakek. Ternyata ia mau
menawarkan jas hujan untuk dipinjam Kakek Bun agar dapat pergi memulung. Kakek
Bun langsung mengambil jas hujan tersebut. Tetapi Kakek Bun langsung pergi
dengan membawa karung untuk memulung tanpa mengucapkan terima kasih.
Saat pergi memulung Kakek Bun bertemu
dengan seekor kucing. Kucing itu terus mengikuti Kakek Bun kemanapun Kakek Bun
pergi. Kakek Bun menjadi marah. Ia menendang kucing itu sampai kucing itu
terlempar jauh. Namun Kakek Bun tidak punya rasa bersalah sedikitpun. Ia malah
senang kucing itu terlempar jauh. Warga kota yang melihat kejadian itu tidak
heran, karena Kakek Bun memang sering melakukan hal itu.
Sekarang sudah sore hari, tetapi Kakek Bun
hanya mendapat sedikit rosok yang dikumpulkan. Kakek Bun malah menyalahkan
kucing yang dari tadi mengikutinya. Padahal hal ini tidak ada sangkut pautnya
dengan kucing itu. Kemudian Kakek Bun mencari kucing itu.
Kucing itu ternyata bersembunyi di balik
rerumputan. Saat ingin didekati, kucing itu terus menghindar dan menjauhi Kakek
Bun. Kakek Bun semakin kesal dengan kucing itu. Kemudian Kakek Bun mengejar
kucing itu. Tetapi Kakek Bun tidak bisa mengejarnya karena larinya begitu
kencang.
Karena menyadari bahwa hal ini hanya
membuang waktu, Kakek Bun meneruskan pekerjaannya. Pada saat bekerja, Kakek Bun
bertemu seseorang yang berprofesi sama seperti Kakek Bun. Mereka pun berkenalan
dan semakin akrab. Nama pemulung itu adalah Pak Edo. Sejak saat itu Kakek Bun
tidak kesepian lagi. Esok harinya mereka bertemu di perempatan jalan. Mereka
pun pergi memulung bersama sama.
Saat Kakek Bun tidak punya uang, Pak Edo
dengan senang hati membantunya. Setelah mengenal Kakek Bun lama. Pak Edo
mengenalkan keluarganya. Kakek Bun dibawa ke rumah Pak Edo. Disana Kakek Bun
sangat bahagia karena keluarga Pak Edo sangat ramah kepadanya.
Hampir setiap hari Kakek Bun bertamu ke rumah Pak Edo. Keluarga
Pak Edo pun tetap menyambutnya dengan ramah. Tetapi saat mengetahui bahwa Pak
Edo memelihara kucing, Kakek Bun agak kesal. Apalagi kucing yang dipelihara Pak
Edo adalah kucing yang pernah ditendangnya itu. Karena hal itu Kakek Bun tidak
setiap hari bertamu ke rumah Pak Edo.
Pak Edo merasa curiga karena Kakek Bun
menjadi jarang bertamu ke rumahnya. Saat pergi memulung, Pak Edo menanyakan hal itu kepada Kakek Bun. Ternyata
Kakek Bun sangat benci kucing, karena mereka binatang yang manja dan sukanya
hanya meminta makanan saja. Akhirnya Pak Edo pun menasihati Kakek Bun. Tetapi
Kakek Bun tidak mau mendengarkan nasihatnya, karena sifatnya yang keras kepala.
Pak Edo pun menyadari hal itu wajar karena sifatnya yang seperti itu sejak
lama.
Setelah satu bulan, Pak Edo berkata kepada
Kakek Bun bahwa dirinya dan keluarga akan pulang kampung karena akan ada acara
keluarga selama tiga hari. Mendengar hal itu Kakek Bun sangat sedih, karena Pak
Edo lah yang sering membantunya selama ia dalam kesusahan.
Esok harinya Pak Edo berangkat ke
terminal. Kakek Bun tidak berangkat kerja, karena Kakek Bun ikut mengantarkan
Pak Edo dan keluarga berangkat ke terminal. Waktunya bus berangkat, Pak Edo
segera berpamitan dengan Kakek Bun karena dialah teman yang terbaik untuknya.
Setelah mengantar Pak Edo ke terminal,
Kakek Bun pulang ke rumah. Kini Kakek Bun sendirian dan kesepian karena
ditinggalkan Pak Edo yang menjadi teman terbaik selama hidupnya.
Pagi hari Kakek Bun menyiapkan semua yang
akan dibawa memulung. Pada saat memulung Kakek Bun teringat Pak Edo yang selalu menemaninya pergi memulung.
Karena kesedihannya Kakek Bun tidak
begitu berkonsentrasi kepada pekerjaannya. Akibatnya hanya sedikit rosok
yang dikumpulkan.
Setelah tiga hari Kakek Bun ditinggal Pak
Edo, Kakek Bun mendapat kabar yang sangat menyedihkan. Bus yang ditumpangi Pak
Edo dan keluarga terguling di jurang. Pak Edo tewas, istrinya luka berat, anak
anaknya hanya luka ringan. Mendengar hal itu Kakek Bun merasa terpukul.
0 komentar:
Posting Komentar